Yaitu: Kitab Keempat dari Rubu' Yang Membinasakan dari Kitab Ihya' 'Ulumiddin Karya Imam Ghazali
Download ebook terjemah kitab Ihya Ulumuidin dalam bahasa indonesia disini
1 , 2 , 3
Segala pujian bagi Allah yang menjadikan manusia dengan sebaik-baiknya dan
sepadan-padannya. DiilhamiNya cahaya iman, lalu dihiasiNya dan diperelokkanNya. DiajariNya
keterangan, lalu didahulukanNya dan diutamakanNya dari makhluk lain. DilimpahkanNya
kedalam hati manusia itu gudang ilmu-pengetahuan, lalu disempurnakanNya. Kemudian,
diutus-Nya kepada manusia itu tabir rahmatNya dan diturunkanNya. Kemudian,
diperbantukannya manusia itu dengan lidah yang akan menterjemahkan, apa yang dikandung
oleh hati dan akalnya. Dan disingkapkanNya dari, hati manusia itu, tirainya yang
dilepaskanNya. Lalu manusia itu melepaskan lidahnya dengan kebenaran dan menegaskan
dengan kesyukuran, dari apa yang diutamakan dan dianugerahkan olehNya, dari ilmu
pengetahuan yang diperolehnya dan tutur-kata yang memudahkannya.
Aku mengaku bahwa, tiada yang disembah, selain Allah, Yang Tunggal. tiada mempunyai
sekutu. Dan bahwa Muhammad itu hambaNya dan rasulNya yang dimuliakanNya dan yang
diagungkanNya dan NabiNya yang diutuskanNya dengan Kitab yang diturunkanNya. Dan
ditinggikanNya kelebihannya. Dan diterangkanNya jalan-jalanNya. Kiranya Allah mencurahkan
rahmat kepadanya, kepada keluarganya dan para sahabatnya serta orang-orang sebelumnya,
apa yang diagungkan dan dipujikan oleh hamba Allah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Adapun kemudian: sesungguhnya lidah itu termasuk diantara nikmat Allah yang besar dan
diantara yang dijadikan oleh Allah yang halus dan ganjil. Sesungguhnya lidah itu kecil
tubuhnya, besar keta'atannya dan kedosaannya. Karena kufur dan iman itu, tiada terang, selain
dengan kesaksian lidah. Dan kufur dan iman itu adalah keta'atan dan kemaksiatan yang
penghabisan.
Kemudian, apa saja yang ada atau tidak ada,- Khalik atau makhluk, khayalan (fantasi) atau
yang diketahui, yang disangka atau yang diduga, semuanya dapat dicapai dengan lidah. Dan
dapat didatangi oleh lidah dengan ya atau tidak. Semua yang dicapai oleh ilmu-pengetahuan
itu, dapat dilahirkan oleh lidah, baik yang benar atau yang batil. Tiada suatu pun, melainkan
ilmu itu menerima untuk lidah. Dan ini adalah suatu kekhususan (khasiat), yang tidak terdapat
pada anggota badan lainnya. Sesungguhnya mata tiada sampai, selain kepada warna dan
bentuk. Telinga tiada sampai, kepada bukan suara. Tangan tiada sampai, kepada bukan yang
bertubuh. Dan begitu pula anggota-anggota badan yang lain.
Lidah itu medan luas. Tiada mempunyai tempat tertolak. Dan tiada mempunyai jalan yang
berkesudahan dan berbatas. la mempunyai lapangan luas pada kebajikan. Dan mempunyai
ekor yang dapat ditarik pada kejahatan. Barangsiapa melepaskan manisnya lidah dan
menyia-nyiakannya terlepas ikatan, niscaya setan berjalan dengan dia dalam setiap lapangan.
Dan menghalaunya ke tepi jurang yang menjatuhkan, sampai membawanya kepada
kebinasaan. Dan manusia itu, tiada jatuh dalam api neraka, atas hidungnya, melainkan oleh
yang dipetik lidahnya. Dan tidak terlepas dari kejahatan lidah, selain orang yang mengikatkan
lidahnya dengan tali-kekang Agama. Maka ia tidak melepaskan lidahnya, selain pada yang
bermanfa'at di dunia dan di akhirat. la mencegah lidahnya dari setiap yang ditakuti bahayanya,
pada waktu yang cepat (di dunia) dan pada waktu yang lambat (di akhirat).
Untuk mengetahui apa yang dipujikan atau yang dicela melepaskan lidah padanya, adalah
tersembunyi dan sulit. Berbuat menurut kehendak lidah bagi orang yang mengetahuinya adalah
berat dan sukar. Anggota badan yang paling durhaka kepada manusia, ialah: lidah. Karena ia
tiada payah pada melepaskannya. Dan tiada perbelanjaan pada menggerak-gerakkannya. Dan
manusia itu mempermudah-mudahkan pada penjagaan dari segala bahaya dan
mala-petakanya dan pada herhati-hati dari segala pancingan dan buruannya.
Sesungguhnya lidah itu perkakas setan yang terbesar untuk menipu manusia. Maka dengan
taufiq dan pimpinan Allah yang baik, kami akan menguraikan semua bahaya lidah. Dan akan
kami menyebutkannya satu persatu dengan batas-batas, sebab-sebab dan segala mala-petaka
yang ditimbulkannya. Akan kami perkenalkan jalan menjaga daripadanya. Akan kami
kemukakan hadits-hadits dan atsar-atsar yang mencelanya.
Marilah kami sebutkan untuk pertama kali "Kelebihan Diam". Dan akan kami iringi dengan
menyebutkan bahaya berkata-kata, mengenai yang tidak penting. Kemudian, bahaya
kata-kata yang herlebihan. Kemudian, bahaya bercakap kosong pada yang batil. Kemudian,
bahaya berbantah dan bertengkar. Kemudian, bahaya bermusuhan. Kemudian, bahaya
mengeluarkan perkataan dari kerongkongan, dengan membuat-buat mulut, memaksakan
kata-kata dengan bersajak dan kepandaian berkata-kata dan memperbuat-buat yang demikian.
Dan lain-lain sebagainya yang telah menjadi adat-kebiasaan orang-orang yang
memperbuat-buat pandai berbicara, yang mengajak untuk berpidato.
Kemudian, bahaya kata-kata keji, memaki dan lidah kotor (suka berkata-kata cabul dan
mencarut-carut). Kemudian, bahaya kata-kata mengutuk, baik kepada binatang atau benda
beku atau manusia. Kemudian, bahaya menyanyi dengan pantun. Dan sudah kami sebutkan
dahulu pada "Kitab Mendengar", nyanyian yang diharamkan dan yang dihalalkan. Maka kami
tiada mengulanginya lagi.
Kemudian, bahaya bersenda-gurau. Kemudian, bahaya kata-kata menghina dan mengejek.
Kemudian, bahaya menyiarkan rahasia. Kemudian, bahaya janji bohong. Kemudian, bahaya
perkataan bohong dan sumpah bohong. Kemudian, penjelasan tentang kata-kata sindiran pada
bohong. Kemudian, bahaya mengupat, kemudian bahaya lalat merah. Kemudian, bahaya dua
lidah yang bersimpang-siur diantara orang-orang yang bermusuhan. Masing-masing berkata
dengan perkataan yang sesuai baginya.
Kemudian, bahaya pujian. Kemudian, bahaya lengah dari kesalahan yang kecil-kecil dalam
kandungan perkataan. Lebih-lebih pada yang menyangkut dengan Allah dan sifat-sifatNya dan
yang bertalian dengan pokok-pokok Agama. Kemudian, bahaya pertanyaan orang awam dari
2 / 9
KITAB BAHAYA LIDAH.
hal sifat-sifat Allah 'Azza wa Jalla, dari hal Kalam Allah dan huruf-hurufnya. Apakah qadim atau
baharu?
Itulah bahaya yang terakhir dan yang menyangkut dengan demikian. Jumlah semuanya adalah
dua puluh bahaya. Kita bermohon kepada Allah akan kebaikan taufiqNya dengan kenikmatan
dan kurniaNya.
PENJELASAN: besarnya bahaya lidah dan keutamaan diam.
Ketahuilah, bahwa bahaya lidah itu besar. Tiada terlepas daripada bahayanya, selain dengan
diam. Maka karena itulah, Agama memuji diam dan mengajak kepada diam. Nabi s.a.w.
bersabda.
(Man shamata najaa).
Artinya: "Barangsiapa diam, niscaya ia terlepas (dari bahaya)". (1. Dirawikan At-Tirmidzi dari
Abdullah bin Umar, dengan sanad dla'if.). Dan sabda Nabi s.a.w.:
(Ash-shamtu hukmun wa qaliilun faa'iluh).
Artinya: "Diam itu suatu hukum dan sedikitlah yang melaksanakannya' (2. Dirawikan Abu
Manshur Ad-Dailami dari Ibnu Umar, dengan sanad dialf.).
Hukum pada hadits ini, artinya: hikmah dan memikirkan akibat. Diriwayatkan oleh Abdullah bin
Sufyan dari ayahnya, dimana ayahnya berkata: "Aku berkata: "Wahai Rasulu'llah!
Khabarkanlah kepadaku tentang Islam, akan sesuatu hal, dimana aku tiada akan bertanya lagi
tentang itu, kepada seseorang, sesudah engkau!".
Maka Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Katakanlah! Aku beriman dengan Allah. Kemudian engkau
berpendirian teguh".
Ayah Abdullah itu meneruskan ceriteranya: "Lalu aku bertanya: "Apakah Yang aku pelihara?".
Maka Nabi s.a.w. menunjukkan dengan tangannya kepada lidahnya". (1. Dirawikan At-Tirmidzi
dan dipandangnya shahih.).
'Uqbah bin 'Amir berkata: "Aku bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Apakah jalan kelepasan?".
Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Tahankan lidahmu! Hendaklah rumahmu memberi kelapangan
bagimu dan menangislah atas kesalahanmu!".
Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi berkata: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa menjamin bagiku,
apa yang diantara dua tulang rahangnya (lidah) dan Yang diantara dua kakinya (kemaluan),
niscaya akan aku jamin baginya sorga". (2. Dirawikan A]-Bukhari dari Sahl bin Sa'ad.).
Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa menjaga dari kejahatan qabqabnya, dzabdzabnya dan
3 / 9
KITAB BAHAYA LIDAH.
laqlaqnya, niscaya ia terjaga dari kejahatan seluruhnya". (3. Dirawikan Abu Manshur
Ad-Dailami dari Anas dengan sanad d1a,if.)
Qabqab, yaitu: perut. Dzabdzab, yaitu: kemaluan. Dan laqlaq, yaitu: lidah.
Hawa-nafsu yang tiga inilah yang membinasakan banyak manusia. Karena itulah, kami
menyibukkan diri kami, menyebutkan bahaya lidah sesudah kami selesai daripada
menyebutkan bahaya nafsu-syahwat: perut dan kemaluan.
Ditanyakan Rasulu'llah s.a.w. tentang sebab terbesar, yang membawa manusia masuk sorga.
Lalu Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Taqwa kepada Allah dan bagus akhlaq". Dan ditanyakan
pula sebab terbesar yang membawa manusia masuk neraka. Maka Rasulu'llah s.a.w.
menjawab: "Dua rongga badan, yaitu: mulut dan kemaluan" (4. Dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah dari Abu Hurairah.).
Maka mungkin yang dimaksud dengan mulut itu, ialah: bahaya lidah. Karena mulut itu tempat
lidah. Dan mungkin pula yang dimaksud perut, karena mulut itu, tempat yang tembus dari perut,
Ma'az bin Jabal berkata: "Aku bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Adakah kita ini disiksa dengan apa
yang kita katakan?".
Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Dipupus kamu oleh ibumu, hai Ibnu Jabal! Adakah manusia
meringkuk dalam neraka atas hidungnya, selain oleh Yang diketam (diperbuat) lidahnya?" (5.
Dirawikan Ibnu Majah dan Al Hakim.).
Abdullah Ats-Tsaqafi berkata: "Aku berkata: "Wahai Rasulu'llah! Khabarkanlah kepadaku akan
sesuatu, yang akan aku pegang teguh!".
Lalu Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Katakanlah!: Tuhanku Allah. Kemudian, kamu berpendirian
teguh (istiqamah)!".
Aku bertanya lagi: "Wahai Rasulu'llah! Apakah yang lebih engkau takuti padaku?".
Rasulu'llah s.a.w. lalu mengambil lidahnya, seraya bersabda: "Ini!" (1. Dirawikan At-Tirmidzi dan
dipandangnya shahih.). Diriwayatkan, bahwa Ma'az bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Amal apakah
Yang paling utama?".
Lalu Rasulu'llah s.a.w. mengeluarkan lidahnya. Kemudian meletakkan jarinya atas lidah itu" (2.
Dirawikan Ath-Thabrani dan Ibnu Abid-Dun-ya.).
Anas bin Malik berkata: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda: "Tidaklah berdiri teguh (lurus) iman
hamba Allah, sebelum berdiri teguh (lurus) hatinya. Dan hatinya itu tidak berdiri teguh (lurus)
sebelum berdiri teguh (lurus) lidahnya. Dan tidak akan masuk sorga seseorang, dimana
tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya". (3. Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dengan
sanad lemah.).
Nabi s.a.w. bersabda:
(Man sarra-hu an yaslama fal-yalzamish-shamta).
Artinya: "Barangsiapa suka selamat, maka hendaklah ia membiasakan diam" (4. Dirawikan
A]-Baihaqi dari Anas dengan sanad dla if.).
4 / 9
KITAB BAHAYA LIDAH.
Dari Sa'id bin Jubair (hadits marfu') yang diteruskan kepada Rasulu'llah s.a.w. (5. Hadits Marfu',
yaitu: hadits yang sanadnya tidak terang sampai kepada Nabi s.a.w., tetapi disampaikan juga,
sedang di antara perawi yang terang namanya dan nabi s.a.w. ada perawi-perawi yang tidak
diketahui atau dilampaui.), bahwa beliau bersabda: "Apabila anak Adam (manusia) itu berpagi
hari, niscaya semua anggota badannya memperingatkan lidah. Artinya: anggota badan itu
berkata: "Takutilah Allah mengenai kami. Karena jikalau engkau berdiri lurus, niscaya kami pun
dapat berdiri lurus. Dan jikalau engkau bengkok (menyeleweng), niscaya kami pun menjadi
bengkok". (6. Dirawikan At-Tirmidzi dari Abi Sa'id Al-Khudri.).
Diriwayatkan bahwa 'Umar bin Al-Khattab r.a. melihat Abubakar Ash-Shiddiq r.a., menarik
lidahnya dengan tangannya. Lalu 'Umar bertanya kepada Abubakar: "Wahai Khalifah
Rasulu'llah! Apakah yang anda perbuat?".
Abubakar Ash-Shiddiq r.a. menjawab: "Ini mendatangkan kepadaku jalan yang kebinasaan.
Sesungguhnya Rasulu'llah s.a.w. bersabda:
(Laisa syai-un minal-jasadi illaa yasykuu ilal-laahil-lisaana `alaa hiddatih).
Artinya: "Tiada suatu pun dari tubuh, yang tiada mengadu kepada Allah tentang lidah diatas
ketajamannya" (1. Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya, Abu Yu'la dan lain-lain dari Aslam, bekas budak
Umar r. a.).
Dari Ibnu Mas'ud diriwayatkan, bahwa ia berada atas bukit Shafa, membaca talbiah (2.
Membaca: "Labbaika Allaahumma labbaik" pada waktu haji.), seraya mengatakan: "Hai lidah!
Katakanlah yang baik, niscaya engkau beruntung! Diamlah dari yang jahat, niscaya engkau
selamat, sebelum engkau menyesal!".
Lalu orang bertanya kepada Ibnu Mas'ud tadi: "Hai ayah Abdurrahman! Adakah ini engkau
katakan sendiri atau engkau dengar dari orang lain?". Ibnu Mas'ud menjawab: "Tidak! Tetapi
aku dengar Rasulu'llah s.a.w. bersabda: "Bahwa kebanyakan dosa anak Adam itu, pada
lidahnya". (3. Dirawikan Ath-Thabrani, Ibnu Abid-Dun-va dan Al-Baihaqi dengan sanad baik.).
Ibnu 'Umar berkata: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa mencegah lidanya daripada
memperkatakan kehormatan orang, niscaya ditutup oleh Allah auratnva (hal-hal yang
memalukan kalau diketahui orang lain). Barangsiapa menguasai kemarahannya, niscaya ia
dipelihara oleh Allah akan azabnya. Dan barangsiapa meminta kelonggaran pada Allah,
niscaya diterima oleh Allah kelonggarannya". (4. Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dengan sanad
baik.).
Diriwayatkan, bahwa Ma'az bin Jabal berkata: "Wahai Rasulu'llah! Berikanlah kepadaku
kata-kata wasiat!".
Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Sembahlah (beribadahlah) akan Allah, seakan-akan engkau
melihatNya! Dan hitunglah dirimu dalam golongan orang yang sudah mati! Jikalau engkau mau,
akan kuberi-tahukan kepadamu, sesuatu yang lebih kamu miliki dari ini semua". Seraya Nabi
s.a.w. menunjukkan dengan tangannya kepada lidahnya".
Dari Shafwan bin Salim, yang mengatakan: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda: "Apakah tidak aku
khabarkan kepadamu, ibadah yang paling mudah dan paling ringan kepada badan? Yaitu: diam
5 / 9
KITAB BAHAYA LIDAH.
dan bagus akhlak". Abu Hurairah berkata: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda:
(Man kaana yu'minu bil-laahi wal-yau-mil-aakhiri fal-yaqul khairan au liyaskut).
Artinya: Barangsiapa beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata yang
baik atau ia diam". (1. Dirawikan AI-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.).
Al-Hasan Al-Bashari berkata: "Disebutkan kepada kami, bahwa Rasulu'llah s.a.w. bersabda:
"Diberi rahmat oleh Allah kepada seorang hamba, yang berkata-kata, lalu memperoleh faedah.
Atau diam, maka ia selamat" (2. Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dan Al-Baihaqi dari Anas, dengan
sanad dla'if.).
Ada orang yang meminta kepada Isa a.s. dengan katanya: "Tunjukilah kami suatu amalan,
yang membawa kami masuk sorga!". Lalu nabi Isa a.s. menjawab: "Jangan kamu bertutur-kata
selama-lamaya!". Maka mereka menjawab: "Kami tidak sanggup demikian".
Lalu nabi Isa a.s. berkata: "Jangan kamu bertutur-kata, selain yang kebajikan". Nabi Sulaiman
bin Daud a.s. bersabda: "Kalau berkata itu perak, maka diam itu emas".
Dari Al-Barra' bin 'Azib, yang mengatakan: "Seorang Arab desa datang pada Nabi s.a.w., lalu
berkata: "Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan, yang membawa aku masuk sorga!".
Lalu Nabi s.a.w. menjawab:
(Ath'imil-jaa-i'a wasqidh-dham 'aana wa'mur bil-maruufi wanha `anil-munkari fa in lam tuthiq
fa-kuffa lisaanaka illaa min khair).
Artinya: "Berilah makan orang yang lapar dan berilah minum orang yang haus! Suruhlah yang
baik (amar ma'ruf) dan laranglah yang munkar (nahi munkar)! Jikalau engkau tidak sanggup,
maka cegahlah lidahmu, selain yang kebajikan!" (3. Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dengan isnad
baik.).
Nabi s.a.w. bersabda: "Simpanlah lidahmu, selain pada yang kebajikan! Karena dengan
demikian, engkau dapat mengalahkan setan". (4. Dirawikan Ibnu Hibban dari Abi Dzar.).
Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah pada lidah setiap orang yang berkata. Maka
hendaklah bertaqwa kepada Allah, manusia yang mengetahui apa yang dikatakannya!".
Nabi s.a.w. bersabda: "Apabila kamu melihat orang mu'min itu pendiam dan mempunyai
kehormatan diri, maka dekatilah dia! Karena ia akan mengajarkan ilmu-hikmah". (5. Dirawikan
Ibnu Majah dari Ibnu Khallad.).
Ibnu Mas'ud berkata: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda: "Manusia itu tiga macam: yang mendapat
pahala, yang selamat dari dosa dan yang binasa. Yang mendapat pahala, ialah yang
mengingati Allah (berzikir akan Allah). Yang selamat dari dosa, ialah yang diam. Dan yang
binasa, ialah yang masuk dalam perbuatan batil". (1. Dirawikan Ath-Thabrani dan Abu Yu'la dari
Abi Said Al-Khudri.).
6 / 9
KITAB BAHAYA LIDAH.
Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya lidah orang mu'min itu dibelakang hatinya. Apabila ia
berkehendak mengatakan sesuatu, niscaya dipahaminya dengan hatinya.
Kemudian, dilalukannya dengan lidahnya. Dan lidah orang munafiq itu, dihadapan hatinya.
Apabila ia bercita-cita akan sesuatu, niscaya dilalukannya dengan lidahnya dan tidak
dipahaminya dengan hatinya" (2. Dirawikan Al-Kharaithi dari Al-Hasan AI-Bashari.).
Nabi Isa a.s. bersabda: "Ibadah itu sepuluh bahagian. Sembilan bahagian daripadanya pada
diam. Dan sebahagian lagi pada lari dari manusia". Nabi kita s.a.w. bersabda: "Barangsiapa
banyak perkataannya, niscaya banyak terperosoknya. Barangsiapa banyak terperosoknya,
niscaya banyak dosanya. Dan barangsiapa banyak dosanya, niscaya neraka lebih utama
baginya" (3. Dirawikan Abu Na'im dari Ibnu 'Umar dengan sanad dla'if.).
Dari atsar (ucapan para sahabat), diantaranya, ialah: Abubakar Siddiq r.a. meletakkan batu
kecil pada mulutnya, untuk mencegah dirinya dari berkata-kata. la menuniukkan kepada
lidahnya dan berkata: "Inilah yang mendatangkan kepadaku hal-hal kebinasaan".
Abdullah bin Mas'ud berkata: "Demi Allah, yang tiada disembah, selain DIA. Tiadalah sesuatu
yang lebih memerlukan kepada lamanya ditahan, selain lidah".
Ibnu Thaus berkata: "Lidahku itu binatang buas. Jikalau aku lepaskan, niscaya ia makan aku".
Wahab bin Munabbih berkata tentang hikmah keluarga Daud a.s., bawa menjadi hak kewajiban
orang yang berakal, mengetahui keadaan zamannya, menjaga lidahnya dan menghadapi
dengan baik persoalannya". Al-Hasan Al-Bashari berkata: "Tiada memahami agamanya yang
tiada menjaga lidahnya".
Al-Auza'i berkata: "Khalifah Umar bin Abdul-aziz r.a. menulis Surat kepada kami, yang bunyinya
sebagai berikut:-
"Adapun kemudian, sesungguhnya orang yang hanyak mengingati mati, niscaya rela dengan
mendapat sedikit dari dunia. Dan orang yang menghitung perkataannya dari perbuatannya,
niscaya sedikitlah perkataannya, kecuali pada yang diperlukannya".
Setengah mereka berkata: "Diam itu mengumpulkan dua kelebihan bagi seseorang: selamat
pada agamanya dan memahami tentang temannya". Muhammad bin Wasi' berkata kepada
Malik bin Dinar: "Hai Abu Yahya! Menjaga lidah itu lebih Sukar bagi manusia, daripada menjaga
dinar dan dirham (harta)".
Yunus bin 'Uhaid berkata: "Tiada seseorang manusia yang lidahnya diatas yang baik,
melainkan aku melihat kebaikan itu pada amalannya yang lain"
Al-Hassan Al-Bashari berkata: "Suatu kaum (golongan) berkata-kata disamping Mu'awiah bin
Abi Sufyan. Dan Al-Ahnaf bin Qais itu diam. Lalu Mu'awiah bertanya kepada Al-Ahnaf:
"Bagaimana engkau, hai Aba Bahr, tiada berkata-kata?". Lalu Al-Ahnaf menjawab: "Aku takut
kepada Allah, jikalau aku bohong dan aku takut kepada engkau, jikalau aku benar".
Abubakar bin 'Ayyasy berkata: "Berkumpullah empat orang raja, yaitu: raja India, raja Cina raja
Parsia (Kisra) dan raja Rum (Kaiser). Salah seorang mereka berkata: "Aku menyesal terhadap
apa yang sudah aku katakan dan tidak menyesal terhadap apa yang tidak aku katakan". Yang
lain berkata pula: "Aku apabila berkata-kata dengan suatu perkataan, maka perkataan itu
7 / 9
KITAB BAHAYA LIDAH.
menguasai aku dan aku tiada menguasainya. Dan apabila aku tiada berkata-kata dengan
perkataan itu, maka aku menguasainya dan ia tiada menguasai aku". Yang ketiga berkata: "Aku
heran terhadap orang yang berbicara, jikalau perkataannya itu kembali kepadanya, niscaya
mendatangkan kemelaratan baginya. Dan jikalau tidak kembali, niscaya tiada bermanfaat
baginya". Raja yang keempat berkata. "Aku lebih sanggup menolak apa yang tidak aku
katakan, daripada menolak apa yang aku katakan".
Ada yang mengatakan, bahwa Al-Mansur bin Al-Mu'taz tinggal, tidak berkata-kata dengan
sepatah katapun sesudah shalat 'Isya, selama empat puluh tahun. Ada yang mengatakan,
bahwa Ar-Rabi' bin Khaisan tidak berkata-kata dengan perkataan dunia, selama dua puluh
tahun. Apabila pagi hari, ia meletakkan tinta, kertas dan pena, lain semua yang diucapkannya.
ditulisnya. Kemudian, ia memperhitungkan dirinya pada sore hari. Kalau anda bertanya:
kelebihan besar ini bagi diam, apa sebabnya? Maka ketahuilah, bahwa sebabnya adalah
banyaknya bahaya lidah, dari kesalahan, bohong, mengupat, lalat merah, ria, nifaq (sifat
bermua dua), perkataan keji, perbantahan, membersihkan diri, terjun dalam perbuatan batil,
permusuhan, perbuatan yang sia-sia, menyeleweng, menambahkan, mengurangi, menyakiti
orang lain dan merusak kehormatan orang (membuka hal-hal yang seharusnya ditutup).
Inilah bahaya yang banyak. Dan yang menghalau kepada lidah, yang tidak berat bagi lidah.
Mempunyai keenakan pada hati. Ada penggerak-penggerak dari sifat (tabi'at) manusia dan dari
setan. Orang yang terjun pada hal-hal diatas, sedikitlah yang sanggup menahan lidahnya. Lalu
dilepaskannya menurut yang disukainya dan ditahannya dari yang tiada disukainya. Yang
demikian itu termasuk pengetahuan yang sulit, sebagaimana akan datang uraiannya.
Terjun dalam hal-hal tersebut itu berbahaya. Dan pada diam itu selamat. Maka karena itulah,
besar keutamaan diam. Dan ini bersama yang terkandung dalam diam itu, yaitu: terkumpulnya
cita-cita, tetapnya kehormatan diri, penggunaan waktu untuk berfikir, untuk berzikir dan untuk
beribadah, selamat dari mengikutkan kata kata pada urusan duniawi dan dari hitungannya
(hisabnya) dihari akhirat. Allah Ta'ala berfirman:-
(Maa jalfidlu min qaulin illaa ladai-hi raqiibun `a-tiid).
Artinya: "Tiada suatu perkataan yang diucapkan - manusia - malainkan didekatnya ada
pengawas, siap sedia (mencatatnya)". S. Qaf, ayat 18.
Ada suatu hal yang menunjukkan kepada engkau atas utamanya selalu diam, yaitu: bahwa
perkataan itu empat bahagian:-
1. Melarat semata-mata.
2. Manfa'at semata-mata.
3. Ada padanya melarat dan manfa'at.
4. Tidak ada padanya melarat dan manfa'at.
Adapun yang melarat semata-mata, maka haruslah diam daripadanya. Begitu pula yang
padanya melarat. Dan manfa'at itu tidak sempurna dengan adanya melarat. Adapun yang tak
ada padanya manfa'at dan melarat, maka itu hal yang sia-sia. Berbuat dengan hal yang sia-sia
8 / 9
KITAB BAHAYA LIDAH.
itu membuang-buang waktu. Dan itu adalah kerugian yang sebenarnya. Maka tinggal lagi
bahagian keempat. Berguguranlah tiga-perempat perkataan dan tinggallah seperempat. Dan
yang seperempat ini ada pula bahayanya. Karena bercampur dengan perkataan, yang ada
padanya dosa, yaitu: ria yang sangat halus, berbuat-buat perkataan, mengupat, membersihkan
diri dari perkataan sia-sia, suatu percampuran yang sukar diketahui. Maka manusia berada
dalam keadaan bahaya.
Barang siapa mengetahui bahaya lidah yang halus-halus, sebagaimana yang akan kami
sebutkan, niscaya pasti ia mengetahui, bahwa apa yang disebutkan oleh Nabi s.a.w. adalah
uraian ucapan, dimana beliau bersabda:-
(Man shamata najaa).
Artinya: "Barangsiapa diam, niscaya ia terlepas dari bahaya". (1. Hadits ini sudah diterangkan
dulu.)
Sesungguhnya, demi Allah, sudah pasti dianugerahkan kepada Nabi s.a.w. mutiara
hikmah dan kata-kata yang menghimpunkan segala maksud. Dan tiada yang mengetahui
pengertian-pengertian yang melaut luasnya yang terkandung dibawah satu-satu
kalimat-ucapannya, selain ulama-ulama tertentu. Apa yang akan kami sebutkan nanti tentang
bahaya-bahaya dan kesulitan menjaganya, akan memperkenalkan kepada anda hakikatnya itu,
insya Allah Ta'ala. Dan kami sekarang akan menghitung bahaya-bahaya lidah. Akan kami mulai
dengan yang seringan-ringannya dan akan kami mendaki kepada yang sedikit lebih berat. Dan
akan kami akhiri memperkatakan tentang mengumpat, lalat merah dan dusta. Karena amat
panjang untuk meninjau pada hal-hal tersebut. Yaitu: duapuluh bahaya. Maka ketahuilah yang
demikian, niscaya anda akan memperoleh petunjuk dengan pertolongan Allah Ta'ala.
tag : Download Kitab Ihya' 'Ulumiddin Karya Imam Ghazali, ebook imam al ghazali, Imam Al-Ghazali, koleksi ebook islami,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar