Assalamualaikum wr.wb
Kali ini saya akan berbagi salah satu kitab manaqib dari Sulthonul Auliya’ Syech Abdul Qodir Al Jilani,
adapun artikel ini yang saya copas dari sumber http://nusurabaya.or.id/2016/11/12/kisah-kitab-manaqib-kh-ahmad-jauhari-umar/
Tanpa bermaksud untuk mencuri atau pun plagiat saya hanya ingin berbagi saja tentang kitab manaqib ini, karena sesungguhnya sayapun belum pernah mempelajari isi dari kitab manaqib ini.
Adapun isi dari kitab manaqib ini semoga bermanfaat bagi saya ataupun anda sebagai pembacanya, baiklah apabila anda penasaran dengan isi dari kitab ini silahkan downloa di bagian akhir dari artikel yang telah saya kutip dari sumber yang telah saya sebut diatas.
Kitab Manaqib Jawahirul Ma’ani adalah manaqib (riwayat hidup) yang menceritakan Sulthonul Auliya’ Syech Abdul Qodir Al Jilani (ada yang menyebut Al Jaelani). Mulai dari kelahirannya, perjalanan menuntut ilmu, karomah-karomahnya sampai pada wafatnya.
Kitab Manaqib ini disusun oleh seorang ulama (alm) KH. Ahmad Jauhari Umar (allah yarham), pemimpin Pondok Pesantren Darus Salam, Pasuruan Jawa Timur.
KH. Ahmad Jauhari Umar ini mengajarkan dan
‘mengijazahkan’manaqib Jauhar Ma’ani kepada para murid-murid beliau.
Dari murid-murid beliau inilah manaqib tersebut akhirnya tersebar luas
ke seluruh nusantara, bahkan sampai ke negara tetangga juga.
Di dalam kitab manaqib di
pada halaman belakang juga sudah dijelaskan manfaat dari manaqib
tersebut dan cara pengamalannya. Misalnya, supaya bisa mendapatkan ilmu
ladunni luas rezki, maka setiap hari membaca wirid “Ya Badii’” 946 x, di lanjutkan membaca manaqib Jawahirul Ma’ani tersebut.
Syaikh Ahmad Jauhari Umar
dilahirkan pada Jum’at legi tanggal 17 Agustus 1945 jam 02.00 malam,
yang keesokan harinya bertepatan dengan hari kemerdekaan Negara Republik
Indonesia yang diproklamirkan oleh Presiden Soekarno dan Dr. Muhammad
Hatta. Tempat kelahiran beliau adalah Dukuh Nepen, Desa Krecek,
Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur.
Sebelum berangkat ibadah haji,
nama beliau adalah Muhammad Bahri, putra bungsu dari Muhammad Ishaq.
Meskipun dilahirkan dalam keadaan miskin, namun dari segi keturunan, ia
tergolong mulia. Dari sang ayah, beliau masih keturunan Sultan Hasanudin
bin Sunan Gunung Jati. Sementara dari sang ibu, Kiai Jauhari Umar masih
trah keturunan KH Hasan Besari, Tegal Sari, Ponorogo, Jawa Timur, yang
juga masih keturunan Sunan Kalijaga.
Pada masa kecil, Syaikh Ahmad
Jauhari Umar dididik oleh ayahanda sendiri dengan disiplin pendidikan
ketat dan sangat keras. Diantaranya adalah menghafal kitab Taqrib dan maknanya serta mempelajari tafsir Al-Qur’an, baik ma’na maupunnasakh-mansukhnya.
Ahmad Jauhari Umar kecil juga dulu tidak
diperkenankan oleh ayahanda berteman dengan anak-anak tetangga dengan
tujuan supaya ia tidak mengikuit kebiasaan tidak baik dari mereka. Ia
juga dilarang merokok dan menonton hiburan seperti orkes, wayang, ludruk
dan lain-lain, serta tidak boleh meminum kopi dan makan di warung.
Pada usia 11 tahun, Jauhari Umar
sudah mengkhatamkan Al-Qur’an. Semua itu berkat kegigihan dan disiplin
ayah beliau dalam mendidik dan membimbingnya secara ketat dan taat.
Orang tua Syaikh Ahmad Jauhari
Umar memang terkenal cinta kepada para alim ulama, terutama mereka yang
memiliki barakah dan karamah. Ayah beliau berpesan kepada Syaikh Ahmad
Jauhari Umar agar selalu menghormati para ulama. Jika sowan (berkunjung)
kepada para ulama supaya selalu memberi uang atau jajan (oleh-oleh).
Pesan ayahanda tersebut
dilaksanakan oleh beliau, dan semua ulama yang pernah diambil manfaat
ilmunya mulai dari Kyai Syufa’at Blok Agung Banyuwangi hingga KH.
Dimyathi Pandeglang Banten. Semuanya pernah diberi uang oleh Syaikh
Ahmad Jauhari Umar, sesuai pinta ayahnya tadi.
Sebenarnya, Syaikh Ahmad Jauhari Umar pernah menganut faham wahabi, bahkan sampai menduduki posisi wakil ketuaMajlis Tarjih Wahabi Kaliwungu. Adapun beberapa hal yang menyebabkan Syaikh Ahmad Jauhari Umar pindah dari sekte paham wahabi dan menganut paham ahlussunah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Beliau pernah bermimpi bertemu dengan
kakeknya bernama KH. Abdullah Sakin yang wafat pada tahun 1918 M. Dalam
mimpi, beliau berwasiyat kepada Syaikh Ahmad Jauhari Umar bahwa yang
benar adalah paham ahlussunah wal jamaah.
2. Syaikh Ahmad Jauhari Umar pernah bertemu
dengan KH Yasin bin Ma’ruf, Kedunglo, Kediri. Pertemuan itu terjadi di
warung/ rumah makan Pondol, Pesantren Lirboyo, Kediri. Kiai Yasin
berkata kalau Ahmad Jauhari Umar kelak akan menjadi seorang ulama yang
banyak tamunya. Dan ucapan KH Yasin tersebut terbukti. Beliau setiap
hari menerima banyak tamu.
3. Syaikh Ahmad Jauhari Umar pernah berjumpa
dengan Sayyid Ma’sum, Badung, Madura, yang memberi wasiat bahwa kelak
Syaikh Ahmad Jauhari Umar banyak santrinya berasal dari jauh. Dan hal
itu juga terbukti.
4. Syaikh Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan KH
Hamid Abdillah, Pasuruan. Beliau berkata bahwa kelak Syaikh Ahmad
Jauhari Umar akan dapat melaksanakan ibadah haji dan menjadi ulama yang
kaya. Dan terbukti beliau sampai ibadah haji sebanyak lima kali dan
begitu juga para putranya.
Empat hal itulah yang menyebabkan Syaikh Ahmad Jauhari Umar menganut paham ahlussunah wal jamaah
karena beliau merasa heran dan takjub kepada para ulama ahlussunah yang
dapat mengetahui hal-hal rahasia (ghaib). Dan karakter ulama yang
demikian ini tidak dijumpainya pada ulama-ulama golongan wahabi.
Download Disini
baiklah saya kira cukup untuk pembahasan kitab manaqib ini semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum